TUGAS IV
ILMU BUDAYA DASAR
“ PANDANGAN HIDUP SANG GENIUS“
Dosen : Auliya Ar Rahma
Oleh :
Puspita Dwi Septiyani
18114561
1KA08
SISTEM INFORMASI
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Mei
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang
dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjukhidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan
itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut
waktu dan tempat hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul
seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu
yang lama dan terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya.
Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya.
Atas dasar itu manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman,
arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.Pandangan hidup berdasarkan
asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :1.Pandangan hidup yang berasal dari agama
yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya. 2.Pandangan hidup yang berupa
ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada
suatuNegara. 3.Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang
relatif kebenarannya.Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang
sebagai pendukung suatu organisasi, maka panandangan hidup itu disebut
ideology. Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu :
cita-cita, kebajikan, usaha,keyakinan/kepercayaan. Setiap manusia memiliki
pandangan hidup yang berbeda, oleh karena itu dalam makalah kali ini penulis
akan membahas mengenai pandangan hidup seorang BJ Habibie yang berjudul “Pandangan
Hidup Sang Genius”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka penulis memunculkan rumusan masalah di antaranya, sebagai berikut
:
1. Bagaimanakah latar belakang kehidupan
BJ Habibie?
2. Bagaimanakah pandangan hidup seorang
BJ Habibie?
BAB II
PEMBAHASAN
Prof.
Dr.-Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie. lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25
Juni 1936; umur 78 tahun adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Ia
menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal
21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang
terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999.
Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun
dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga
Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek. Saat ini namanya diabadikan
sebagai nama salah satu universitas di Gorontalo, menggantikan nama Universitas
Negeri Gorontalo.
A. Keluarga
dan pendidikan
Habibie merupakan anak keempat dari
delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini
Puspowardojo. Ayahnya yang berprofesi sebagai ahli pertanian berasal dari etnis
Gorontalo dan memiliki keturunan Bugis, sedangkan ibunya beretnis Jawa. R.A.
Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan
ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri
Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu
Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.
Ia pernah berilmu di SMAK Dago. Ia
belajar teknik mesin di Universitas Indonesia Bandung (Sekarang Institut
Teknologi Bandung) tahun 1954. Pada 1955-1965 ia melanjutkan studi teknik
penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman
Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur
pada 1965 dengan predikat summa cumlaude.
B. Pekerjaan
dan karier
Habibie pernah bekerja di
Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di
Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden
bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan
mantan presiden Soeharto.
Ia kemudian menjabat sebagai
Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum
menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah
Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di
bawah Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.
C. Pandangan
Hidup
Pandangan hidup seorang
BJ Habibie yakni perilaku budaya, agama, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek). Semuanya harus terbentuk dalam sinergi positif, karena tiga hal ini
lah yang akan menentukan semuanya
·
Perilaku budaya harus dimiliki pengusaha
karena mencerminkan sebagai seorang bangsa Indonesia. Apa pun prestasi yang
diraih, bahkan sampai ke luar negeri, seorang pengusaha akan membawa rasa
nasionalismenya yang tinggi, sehingga rasa cinta terhadap budaya tidak pernah
dilupakannya.
·
Perilaku agama juga merupakan hal yang penting
karena sesuatu yang akan membimbing untuk melangkah ke arah yang tetap positif.
"Semua agama mengajarkan hal yang baik, seorang pengusaha sukses harus
memiliki fondasi yang kuat, yaitu agama," ucap dia.
·
Dengan mengembangkan iptek, sesuatu hal/produk
yang biasa akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Iptek yang bermanfaat secara
tidak langsung akan mengangkat derajat bangsa serta berguna bagi masyarakat
banyak.
Selain itu BJ Habibie
mempunyai prinsip hidup "Mulailah dari yang terakhir", yang bermakna
ciptakanlah sesuatu dan tentukan hasil akhirnya terlebih dahulu, maka dengan
sendirinya Kita akan mempersiapkan hal-hal detail yang mendukung pencapaian
itu.Sebagai contoh BJ Habibie memiliki harapan membuat pesawat terbang. Beliau
tidak memulai dari pembuatan komponen-komponen pendukung pesawat melainkan
langsung memprakarsai pembuatana pesawat besar. Maka dengan sendirinya berbagai
komponen yang dibutuhkan diproduksi pula, jika belum terdapat sumber daya
manusia yang mampu menciptakan, maka diupayakan sehingga mampu.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pandangan hidup seorang BJ Habibie benar adanya karena
dalam era globalisasi sekarang ini, kita harus dapat menguasai bahkan
mengembangkan iptek agar tidak dibodohi atau dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab dan berperilaku pun harus berdasarkan dengan norma atau
budaya yang mencerminkan pribadinya dan berasal dari mana kita seperti budaya
bangsa Indonesia yang ramah. Serta dalam menjalankan hidup ingatlah selalu
kepada Tuhan YME karena seberapa besar kita berusaha jika tanpa berdoa kepada
Tuhan maka pencapaian apapun yang kita inginkan tidak dapat terjadi atau
terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA