TUGAS
III
ILMU
BUDAYA DASAR
“
CINTA KASIH NENEK“
Dosen
: Auliya Ar Rahma
Oleh
:
Puspita
Dwi Septiyani
18114561
1KA08
SISTEM
INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Mei 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
“Cinta”
adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda
lainnya. Bisa dialami semua makhluk. Sedangkan “Kasih” adalah semacam status
kejiwaan yang disebabkan oleh pengaruh eksternal. Sehingga Cinta Kasih dapat
diartikan sebagai suatu perasaan positif manusia yang berasal dari pengaruh
eksternal.
Cinta
kasih merupakan sikap, sesuatu orientasi watak yang menentukan hubungan pribadi
dengan dunia keseluruhan, bukan menuju sesuatu obyek cinta. Jika seorang
pribadi hanya mencintai satu pribadi lain dan acuh tak acuh terhadap sesamanya
yang lain, cintanya bukanlah cinta, tetapi ikatan simbolik atau egoisme yang
diperluas.
Cinta
Kasih bukanlah sebatas perasaan yang dialami oleh pasangan kekaih saja. Cinta
kasih pun bermacam-macam seperti; cinta kasih terhadap keluarga, teman,
negaranya (patriotisme), bangsa (nasionalisme), bahkan terhadap diri sendiri
yang dikenal sebagai narsisme.
Dalam
makalah ini, penulis akan membahas mengenani cinta kasih terhadap keluarga
khususnya cinta kasih antara seorang nenek terhadap cucunya. Judul makalah ini
adalah “Cinta Kasih Nenek ”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka penulis memunculkan rumusan masalah di antaranya, sebagai berikut
:
1. Bagaimanakah cinta kasih antara
seorang nenek terhadap cucunya?
2. Pesan yang disampaikan berdasarkan
cerita tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Cinta Kasih Nenek terhadap Cucunya
Contoh cinta kasih seorang nenek
terhadap cucunya dapat kita lihat dari sinopsis film berikut yang diproduksi
pada tahun 2002 yang berjudul “The Way Home” . Film tersebut menceritakan
mengenai cinta kasih tulus yang diberikan oleh seorang nenek kepada cucu
satu-satunya yang ia miliki.
The Way Home
Sang-woo dan ibunya pergi ke sebuah
desa untuk mengunjungi sang nenek yang bisu, tapi tidak tuli. Ternyata maksud
ibunya adalah menitipkan Sang-woo kepada sang nenek. Ia bercerai dengan
suaminya dan tokonya bangkrut. Keadaan ini memaksa sang Ibu untuk mencari
pekerjaan baru di Seoul. Sang-woo dititipkan selama kurang lebih dua bulan.
Setelah ia mendapat pekerjaan, barulah kemudian ia menjemput Sang-woo pulang.
Terbiasa dengan kehidupan kota yang
serba praktis dan mewah, Sang-woo merasa berat hidup di desa yang serba
kekurangan. Ia juga tidak menyukai nenek dan terus-terusan mengolok-oloknya.
Selain itu, ia juga sering merengek-rengek meminta sesuatu. Saat gameboy yang ia miliki kehabisan
baterai, ia meminta uang kepada sang nenek untuk dibelikan baterai baru. Sang
nenek yang miskin tidak mampu membelikannya. Sang-woo marah dan mengobrak-abrik
rumah sang nenek. Tapi sang nenek tidak pernah marah satu kalipun dan tetap
sabar menghadapinya. Tidak berhasil membuat sang nenek membelikan baterai,
Sang-woo mencuri tusuk konde sang nenek untuk ditukar dengan baterai di toko.
Untung saja, si pemilik toko mengetahui pemilik tusuk konde tersebut. Ia marah
kepada Sang-woo dan memukul kepalanya dengan tusuk konde tersebut serta
mengusirnya.
Suatu hari, Sang-woo ingin
dibuatkan Kentucky Fried Chicken.
Sang nenek yang hanya mengerti kata Chicken
menyanggupinya. Ia pergi ke pasar dengan membawa melon hasil panennya untuk
ditukarkan dengan ayam. Sang nenek kembali ke rumahnya dari pasar dengan
menerobos hujan lebat. Setelah dimasak, Sang-woo kecewa berat karena ayam
tersebut bukan digoreng, melainkan direbus. Ia menangis sejadi-jadinya, tidak
mau makan, dan menumpahkan makanannya.

Cinta sang nenek lama kelamaan
membuat Sang-woo luluh hatinya. Suatu hari ia ikut dengan nenek pergi ke pasar.
Ia melihat sang nenek menjual melonnya dengan susah payah di pinggir jalan.
Uang hasil jualnya digunakan untuk membelikan Sang-woo sepatu baru dan memberi
makan yang cukup enak di restoran. Selain itu, saat Sang-woo ingin berkunjung ke
rumah teman barunya yang ia senangi, sang nenek membungkus gameboy Sang-woo dan
diam-diam dimasukkan ke dalam tasnya. Dalam perjalanan, Sang-woo mengetahuinya
dan membuka bungkusan tersebut. Ternyata di dalamnya terselip uang sisa hasil
menjual melon untuk membeli baterai baru. Kontan, hal ini membuat Sang-woo
merasa terharu dan air matanya tak terbendung lagi.
Tibalah saatnya sang Ibu akan
menjemput Sang-woo. Ia mengirim surat kepada sang nenek dan akan menjemput
Sang-woo beberapa hari kemudian. Selama ia bersama sang nenek, Sang-woo berubah
dari anak yang manja dan nakal menjadi anak yang hormat terhadap orang lain,
terutama pada yang lebih tua. Karena sang nenek tidak bisa bicara, membaca
ataupun menulis, Sang-woo membuatkannya banyak kartu bergambar yang bertuliskan
“Aku sakit” dan “Aku rindu padamu”.
Bila sang nenek mengirimkan salah
satu kartu tersebut, Sang-woo akan segera mengunjunginya kembali. Cinta
Sang-woo pada sang nenek terlihat saat perpisahan di pemberhentian bus. Ia
meminta maaf atas kenakalannya dengan menggunakan bahasa isyarat seperti yang
sering dilakukan neneknya dan melambai-lambaikan tangannya mengucapkan selamat
tinggal di dalam bus sambil menitikkan air mata.
2.
Amanat dan Pesan Kehidupan
Cerita
tersebut sederhana dan memiliki makna yang mendalam. Sederhana karena cerita
tersebut hanya menceritakan mengenai kehidupan seorang nenek yang hidup bersama
cucunya di sebuah desa terpencil yang jauh dari kehidupan kota. Serta memiliki
makna yang mendalam karena cerita tersebut mengajarkan bagaimana besar kesabaran
seorang nenek menghadapi cucunya dan cinta kasih yang tulus diberikan kepada
cucunya ditengah keterbatasan yang ia miliki. Walaupun bukan berasal dari
kehidupan nyata tetapi terdapat pesan moral kehiupan yakni :
·
Ketulusan dan kesabaran merupakan kunci
dari cinta dan kasih.
·
Hendaknya kita menghargai usaha yang
dilakukan orang lain.
·
Berbuat baik kepada sesama.
·
Kerja keras dan usaha merupakan salah
satu hal yang penting dalam menjalani hidup.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa cinta dan kasih dapat timbul dirasakan oleh siapapun dengan
seiring waktu dan tidak terbatas oleh apapun. Terbukti cerita diatas mengenai
cinta kasih yang tulus yang diberikan oleh seorang nenek kepada cucunya
ditengan keterbatas komunikasi, ekonomi, finansial yang ia miliki. Dan dengan
sering waktu, cucunya tersebut dapat menerima nenek dan menyayanginya karena
kesabaran dan kasih saying yang diberikan oleh neneknya. Dan yang terpenting
adalah janganlah kamu menyia-nyaiakn orang yang tulus mencintai dan
menyayangimu, karena sesungguhnya kamu akan merasa kehilangan jika orang
tersebut sudah tidak bersamamu lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1https://henrygunawan.wordpress.com/2012/06/17/the-way-home-jiburo/
2http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta
3http://id.wikipedia.org/wiki/Afeksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar