1.
Pengertian
dan Fungsi Agama

Kata Agama berasal dari bahasa Sanskerta, āgama
yang berarti "tradisi" atau "A"
berarti tidak; "GAMA" berarti kacau. Sehingga agama berarti tidak kacau. Dapat juga diartikan
suatu peraturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan manusia ke arah dan
tujuan tertentu. Dilihat dari sudut pandang kebudayaan, agama dapat berarti
sebagai hasil dari suatu kebudayaan, dengan kata lain agama diciptakan oleh
manusia dengan akal budinya serta dengan adanya kemajuan dan perkembangan
budaya tersebut serta peradabanya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Berikut
ini adalah pengertian agama yang diungkapkan oleh beberapa ahli :
a.
Émile
Durkheim
Agama adalah suatu
sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan
dengan hal yang suci.
b. Bahrun Rangkuti
(seorang muslim cendekiawan sekaligus seorang linguis)
Agama berasal dari bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah
cara, jalan, The Way, dan gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris Togo
artinya jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan kepada
Tuhan.
c.
Din.Harun
Nasution
Mengatakan bahwa agama
dilihat dari sudut muatan atau isi yang terkandung di dalamnya merupakan suatu
kumpulan tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu
kitab, selain itu beliau mengatakan bahwa agama merupakan suatu ikatan yang
harus dipegang dan dipatuhi.
d.
Tajdab,dkk
(1994:37)
Agama berasala dari kata
a, berate tidak dan gama, berarti kacau, kocar-kacir. Jadi, agama artinya tidak
kacau, tidak kocar-kacir, dan/atau teratur. Maka, istilah agama merupakan suatu
kepercayaan yang mendatangkan kehidupan yang teratur dan tidak kacau serta
mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan hidup manusia.
e.
A.M.
saefuddin (1987)
Agama merupakan
kebutuhan manusia yang paling esensial yang besifat universal. Karena itu,
agama merupakan kesadaran spiritual yang di dalamnya ada satu kenyataan di luar
kenyataan yang namfak ini, yaitu bahwa manusia selalu mengharap belas
kasihan-Nya, bimbingan-Nya, serta belaian-Nya, yang secara ontologis tidak bisa
diingkari, walaupun oleh manusia yang mengingkari agama (komunis) sekalipun.
f.
Sutan
Takdir Alisyahbana (1992)
Agama adalah suatu
system kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia
dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan
demikian memberi arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang
mengelilinginya.
g.
Menurut
Sidi Gazalba (1975)
Agama adalah
kecendrungan rohani manusia, yang berhubungan dengan alam semesta, nilai yang
meliputi segalanya, makna yang terakhir, hakekat dari semuanya itu.
h.
Anthony
F.C. Wallace
Agama sebagai
seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi lewat mitos dan menggerakkan
kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai terjadinya perubahan keadaan
pada manusia dan semesta.
Jadi,
agama adalah jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia dalam kehidupannya di
dunia ini supaya lebih teratur dan mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan.

a. Fungsi
edukatif.
Agama memberikan
bimbingan dan pengajaaran dengan perantara petugas-petugasnya (fungsionaris)
seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru agama dan lainnya, baik
dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi) pendalaman
rohani, dsb.
b. Fungsi
penyelamatan.
Bahwa setiap manusia
menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati.
Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam agama. Agama membantu
manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral” dan “makhluk teringgi” atau Tuhan
dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya
dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali
manusia yang salah dengan Tuhan dengan jalan pengampunan dan Penyucian batin.
c. Fungsi
pengawasan sosial (social control)
Fungsi agama sebagai
kontrol sosial yaitu, Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang
dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat dan mengamankan serta
melestarikan kaidah-kaidah moral ( yang dianggap baik )dari serbuan destruktif
dari agama baru dan dari system hokum Negara modern.
d. Fungsi
memupuk Persaudaraan.
§ Kesatuan
persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia-manusia
yang didirikan atas unsur kesamaan.
§ Kesatuan
persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama, seperti liberalism, komunisme, dan
sosialisme.
§ Kesatuan
persaudaraan berdasarkan sistem politik yang sama. Bangsa-bangsa bergabung
dalam sistem kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN dll.
§ Kesatuan
persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalam
persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja
melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas yang terdalam
dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama
e. Fungsi
transformatif.
Fungsi transformatif
disini diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti
nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.
Sedangkan menurut
Thomas F. O’Dea
menuliskan enam
fungsi agama dan masyarakat yaitu:
1.
Sebagai
pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi.
2.
Sarana
hubungan transendental melalui
pemujaan dan upacara
3.
Ibadat.
4.
Penguat
norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada.
5.
Pengoreksi
fungsi yang sudah ada.
6.
Pemberi
identitas diri.
2.
Keterkaitan
Agama dan Masyarakat
Telah
kita ketahui Indonesia memiliki banyak sekali budaya dan adat istiadat yang
juga berhubungan dengan masyarakat dan agama. Dari berbagai budaya yang ada di
Indonesia dapat dikaitkan hubungannya dengan agama dan masyarakat dalam
melestraikan budaya. Sebagai contoh budaya Ngaben yang merupakan upacara
kematian bagi umat hindu Bali yang sampai sekarang masih terjaga
kelestariannya. Hal ini membuktikan bahwa agama mempunyai hubungan yang erat
dengan budaya sebagai patokan utama dari masyarakat untuk selalu menjalankan
perintah agama dan melestarikan kebudayaannya. Selain itu masyarakat juga turut
mempunyai andil yang besar dalam melestarikan budaya, karena masyarakatlah yang
menjalankan semua perintah agama dan ikut menjaga budaya agar tetap
terpelihara.
Kaitan
agama dengan masyarakat dapat dikategorikan kedalam 3 tipe meskipun tidak
secara keseluruhan:
a.
Masyarakat yang terbelakang dan
nilai-nilai sakral
Tipe
ini menggambarkan sekelompok orang yang menganut kepercayaan serta kelompok
agama yang sama sehingga tipe ini disebut sebagai tipe yang kecil, terisolasi
dan terbelakang
b.
Masyarakat pra-industri yang sedang
berkembang
Tipe
yang lebih baik dari tipe sebelumnya. Terlihat dari berbagai macam acara atau upacara
dalam merayakan suatu acara keagamaan serta adanya perkembangan teknologi yang
mendominasi ketimbang tipe pertama serta jauh dari kesan terisolasi
c.
Masyarakat-masyarakat industri secular
Tipe
ini mencirikan masyarakat industri yang semakin tinggi dalam bidang teknologi
sehingga watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984) tidak terlalu
mementingkan agama, misalnya pemikiran agama, praktek agama, serta
kebiasaan-kebiasaan agama yang seharusnya selalu dilakukan kini peranannya
mulai berkurang
Selain
itu ada juga hubungan lainnya,yaitu menjaga tatanan kehidupan. Maksudnya
hubungan agama dalam kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan masyarakat akan
membentuk kehidupan yang harmonis,karena ketiganya mempunyai keterkaitan yang
erat satu sama lain. Sebagai contoh jika kita rajin beribadah dengan baik dan
taat dengan peraturan yang ada, hati dan pikiran kita pasti akan tenang dan
dengan itu kita dapat membuat keadaan menjadi lebih baik seperti memelihara dan
menjaga budaya kita agar tidak diakui oleh negara lain. Namun sekarang ini
agamanya hanyalah sebagi symbol seseorang saja. Dalam artian seseorang hanya
memeluk agama, namun tidak menjalankan segala perintah agama tersebut.
Namun
terlepas dari hubungan antara agama dan masyarakat yang memang tidak bisa
dilepaskan begitu saja, agama bisa menjadi faktor konflik yang sering terjadi
dikalangan masyarakat. Disatu sisi, agama yang dianutnya merupakan keyakinan
yang bermoral sedangkan disatu sisi yang tidak menganut keyakinannya menganggap
keyakinannya menjadi sumber konflik.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar